Alhamdulillah…
Ana lanjutkan postingan Seputar
Ramadhan dengan meneladani Saum Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam,
yang Insya Allah pada postingan kali ini akan berisikan mengenai hal-hal
yang harus ditinggalkan oleh orang-orang yang menjalankan puasa.
Seperti biasa maraji’ serta manfaat dari postingan ini ana ambilkan dari
kitab Shifatu Shaumin Nabi fii Ramadhaan karya Syaikh
Salim ‘Ied al Hilali Hafidzahullah dan Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali al-Halabi
al-Atsari Hafidzahullah, semoga bermanfaat
bagi ana dan bagi Ikhwa fillah sekalian.
Wahai saudaraku yang mencintai
Sunnah, sebagaimana yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa yang
namanya orang berpuasa adalah orang yang menahan seluruh anggota
tubuhnya dari perbuatan dosa, misalnya menjaga lidah dari berkata dusta,
berbicara keji dan berkata licik, serta menahan perutnya dari minuman
dan makanan, juga kemaluannya dari perbuatan
keji. Jadi Kalau toh harus berbicara, maka orang yang berpuasa haruslah
menyampaikan kata-kata yang
serta tidak menodai puasanya. Dan kalau pun akhirnya harus berbuat
sesuatu, maka orang yang berpuasa harus melakukan sesuatu yang tidak
merusak puasanya. Sehingga dengan demikian, ungkapan yang keluar dari
mulutnya adalah kata-kata yang baik dan perbuatannya pun berwujud amal
shalih.
Nah puasa yang seperti inilah yang disyariatkan. Yakni puasa yang
tidak hanya sekedar menahan rasa lapar dan haus serta hawa nafsu,
melainkan puasa yang membentengi diri dari perbuatan dosa dan menahan
perut dari makanan dan minuman . Jadi, sebagaimana yang telah ana
postingkan sebelumnya bahwa yang namanya makan dan minum dapat merusak
puasa, begitu juga dengan perbuatan dosa, dimana perbuatan dosa, dapat
memutuskan pahala, merusak buahnya, hingga akhirnya menempatkan
pelakunya pada posisi yang sama dengan orang yang tidak berpuasa.
Adapun Nabi Shalallahu 'Alaihi
Wasallam sendiri, telah memerintahkan seorang muslim yang berpuasa untuk
menghiasi diri dengan akhlak mulia serta menjauhi perbuatan keji dan
kata-kata kotor, pembicaraan yang hina dan sesuatu yang tidak ada
gunanya. Dan semua hal buruk tersebut, sekalipun seorang muslim
diperintahkan untuk menjauhi dan menghindarinya setiap hari,
sesungguhnya larangan itu lebih ditekankan pada saat menjalankan ibadah
puasa wajib yakni puasa Ramadhan. Maka dari itu saudaraku se-Iman
se-aqidah, diwajibkan bagi setiap muslim yang menjalankan ibadah puasa
untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang dapat menodai puasanya, sehingga
kita bisa memperoleh manfaat dengan puasa yang dijalankan dan tercapai
pula ketakwaan, sebagaimana yang disebutkan Allah Azza Wa jalla di
dalam firman-Nya di Surah Al-baqarah ayat 183 :
“Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa,”
Dan tentunya, sebagaimana yang juga sudah
kita ketahui bersama bahwa yang namanya puasa itu merupakan sarana
penghubung untuk menuju ketakwaan, karena puasa bisa menahan diri kita
dari berbagai macam kemaksiatan yang senantiasa menjadi incaran. Dan hal ini Ikhwa fillah didasarkan pada Sabda
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang mana dinyatakan disana bahwa
“Puasa itu adalah benteng pertahanan atau perisai, dan untuk lebih
jelasnya antum dapat melihat hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam al
Bukhari dan Imam muslim (semoga Allah merahmatinya) yang diriwayatkan
oleh Ibnu Mas’ud yang sangat popular atau hadits lain yang serupa
seperti hadits yang dibawakan oleh Imam Ahmad (semoga Allah
merahmatinya) dari sahabat Jabir Radhiyallahu Anhu dan juga dari ‘Utsman
bin Abil ‘Ash Radhiyallahu Anhu.
Dan ada
ungkapan yang bagus saudaraku, yang dapat membuat kita untuk selalu
berhati-hati dan berjaga-jaga agar kita tidak terjebak kedalam kesalahan
dan kejahatan. Dimana ungkapan tersebut isinya :
“Aku mengetahui kejahatan bukan
untuk berbuat jahat, tetapi untuk menghindarinya. Dan orang yang tidak
mengetahui kebaikan dari kejahatan, niscaya dia akan terjerumus di
dalamnya.”
Untuk itu
kita perlu mengetahui hal-hal yang jelek yang dapat merusak ibadah puasa
kita.
Nah salah satu dari yang harus kita
ketahui serta ditinggalkan oleh orang-orang yang menjalankan puasa yakni Qauluz Zuur atau
berkata-kata palsu alias dusta
Al -Imam al Bukhari Rahimahumullah
meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dia bercerita,
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ
وَالْعَمَلِ بِهِ فَلَيْسَ
لِلَّهِ عَزَّوَجَلَّ
حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ
وَشَرَابَهُ.
“Barangsiapa
yang tidak meninggalkan Qauluz Zuur (kata-kata palsu) dan
mengamalkannya, maka Allah Azza Wa jalla tidak memerlukan orang itu
untuk meninggalkan makanan dan minumannya (puasanya).
Adapun
perbuatan atau hal lain yang juga harus ditinggalkan orang-orang yang
menjalankan puasa selain Qauluz Zuur yakni Pembicaraan
yang tidak bermanfaat dan kata-kata Kotor.
Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda : “Puasa itu bukan (hanya) dari makan dan
minum, tetapi puasa itu dari kata-kata tidak bermanfaat dan kata-kata
kotor. Oleh karena itu, jika ada orang yang mencacimu atau membodohimu,
maka katakanlah kepadanya : “Sesungguhnya aku sedang berpuasa.
Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu
Khuzaimah dan al-Hakim dengan sanad shohih.
Oleh
karena itu lah wahai saudaraku yang mencintai Sunnah, muncul ancaman
keras dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam bagi orang – orang yang
melakukan keburukan-keburukan tersebut, dimana beliau (Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi Wasallam) adalah orang yang jujur yang tidak
berbicara berdasarkan hawa nafsunya. Dimana di dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah, ad-Darimi, Ahmad dan al-Baihaqi (semoga
Allah merahmati mereka semua) dari beberapa jalan, dari Sa’id
al-Maqbari, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, beliau (Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi Wasallam) :
رُبَّ
صَاأِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَا مِهِ الجُوْعُ وَالْعَطَشُ
“Berapa
banyak orang yang berpuasa yang hanya mendapatkan rasa haus dan lapar
dari puasanya .” Hadits
ini sanadnya shahih. Wallahu ‘Alam
Jadi
saudaraku munculnya ancaman –ancaman melalui lisan Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wasallam dikarenakan banyak orang yang melakukan puasa tidak
memahami hakikat puasa yang sebenarnya sebagimana yang telah
diperintahkan Allah Azza Wa jalla. Sehingga Allah
Azza Wa jalla membalas hal tersebut dengan mengharamkannya dari pahala
dan ganjaran.
Untuk itulah saudaraku. Bagi seorang hamba yang taat dan memahami
Al-Qur’an dan as-Sunnah tidak akan pernah ragu dalam bertindak karna
batasan yang disyariatkan telah jelas dan Allah Azza Wa jalla
sesungguhnya menghendaki kemudahan bagi hamba-hamba-Nya dan tidak
menghendaki kesulitan sama sekali untuk umat-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar