Sekalipun
dengan kemuliaan sepuluh hari-hari ini, ketinggian kedudukannya,
kebesaran pahala amal shaleh di dalamnya dan bahwasanya amalan-malan
pada hari tersebut lebih besar pahalanya daripada di bulan lain, namun
demikian bersamaan dengan segala kelebihan itu semua, hanya saja engkau
melihat lemahanya semangat pada sebagian besar kaum muslimin, kemalasan
dalam beramal shalih, berpaling dari semangat dan kesungguhan, dan
lambatnya dorongan dalam hal itu. Dan tidak diragukan lagi bahwa ha-hal
di atas memiliki sebab yang akan saya sebutkan sebagainnya dalam
kesempatan ini, supaya kita bisa menjauhinya, dan memanfaatkan
kesempatan pada momentum dengan maksimal. Maka di antara sebab-sebab
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dosa dan maksiat.
Maka betapa banyak dosa-dosa mencegah dari
perbuatan ketaatan? Dan betapa banyak dia menghalangi antara seorang
hamba dengan ibadah? Bukankah banyak dari kalangan kaum muslimin yang
mengetahui keutamaan hari-hari itu? Bukankah telah jelas bagi mereka
kedudukan hari-hari tersebut? Maka kenapa ada kemalasan dalam melakukan
amalan-amalan shalih ini.
Sesunggunya jawabannya jelas, yatu dosa-dosa dan maksiat yang menghalangi manusia dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala
(dan termasuk rahmat Allah adalah taufiq (kemudahan) untuk melakukan
amal shalih). Dan telah turun kepada kalian, wahai saudaraku kaum
muslimin sepuluh keberkahan (10 hari di awal Dzulhijjah), maka
perbaruilah taubat di dalamnya supaya anda berhak menjadi orang yang
diberi kemudahan untuk berbuat ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya dosa-dosa memiliki dampak yang besar
dalam menghalangi manusia darinya (ketaatan). Suatu kali datang
seseorang kepada al-Hasan al-Bashri rahimahullah dan berkata kepadanya:”Wahai Abu Sa’id, aku telah menyiapkan air wudhu untuk qiyamullail (shalat malam) tetapi aku tidak bisa bangun !!” Maka al-Hasan rahimahullah berkata kepadanya:”Dosa-dosamu mengikatmu (menghalangi dari melakukan shalat malam.”
Maka dosa-dosa adalah sebab untuk setiap hal
yang menghalangi ketaatan (kepada Allah). Maka hendaklah setiap waspada
terhadapnya, dan lihatlah keadaam orang-orang yang istiqomah di atas
ketaatan, bagaimana keadaan antara mereka dengan puasa, shalat, dzikir
dan do’a-do’ mereka, padahal anda dijauhkan daei kebaikan-kebaikan ini,
dan seandainya engkau memeriksa, dan menelitinya engkau akan mengetahui
bahwasanya hal tersebut (jauhnya dirimu dari ketaatan) tidak lain
hanyalah datang dari dirimu sendiri. Maka sekali lagi perbaruilah
taubatmu hari ini, dan lihatlah pengaruh yang besar darinya.
2. Tidak mengetahui keutamaan hari-hari tersebut.
Sekalipun dengan tersebarnya kebaikan dan sampainya kebaikan tersebut ke seluruh penjuru dunia, dengan karunia dari Allah Subhanahu wa Ta'ala
dengan apa yang dia mudahkan buat manusia berupa sarana informasi,
hanya saja masih ada sebagian kalangan dari kaum muslimin yang berada
dalam ketidaktahuan terhadap keutamaan hari-hari tersebut (10 hari awal
Dzul hijjah), atau mereka tidak megetahui dengan baik nilai hari-hari ,
oleh sebab itu timbul sikap meremehkan hari-hari itu dari mereka. Dan di
sinilah kewajiban juru dakwah ke jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala
untuk menjelaskan keutamaan hari-hari tersebut dan kedudukannya di sisi
Allah lewat khutbah-khutbah, kajian-kajian dan ceramah-ceramah di
masjid-masjid mereka supaya tergerak hati-hati mereka untuk melakukan
ketaatan-ketaatan dim omen yang penuh berkah ini. Sebabagaimana dalam
hadits:
(ومن دل على هدى كان له من الأجر مثل أجور من تبعه)
”Dan barang siapa yang menunjukkan kepada
jalan hidayah, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala-pahala orang
yang mengikutinya.”
3. Panjang angan-angan.
Sesungguhya termasuk salah satu hal paling
besar yang membinasakan manusia adalah panjang angan-angan, dan
menganggap jauhnya kematian, yang hal itu menjadikan manusia
menunda-nunda dari beramal shalih, tidak bersegera melakukannya, dan dia
mengira bahwa dia saja menggantinya di hari lain. Maka binasalah dia
sebinasa-binasanya, dan menyia-nyiakan momentum yang baik ini.
Seandainya dia melihat dengan pandangan inshaf (pertengahan) dam
keadilan, pasti dia akan mendapatkan bahwasanya perkara itulebih cepat
dari semua hal. ‘Aun bun ‘Abdullah rahimahullah berkata:”Betapa
banyak orang yang menjalani suatu hari, dia tidak bisa
menyempurnakannya! Betapa banyak orang yang menunggu hari esok, dia
tidak menjumpainya, seandainya anda melihat kepada ajal dan
perjalanannya, pasti anda akan membenci angan-angan dan kelalaian.”
Apabila anda mencermati siroh (perjalanan)
salaf yang indah, anda akan menemukan pada mereka sedikitnya angan-angan
yang membuat mereka bersegera memanfaatkan waktu-waktu mereka
seluruhnya untuk ketaatan, lebih-lebih pada momen-momen kebaikan. Inilah
Sa’id bin Jubair rahimahullah, kebiasaan beliau apabila memasuki
sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah maka hampir tidak ada
bandingannya, dikarenakan besarnya semangat dan kesungguhannya
memanfaatkan hari-hari tersebut.
Maka ingatlah wahai orang-orang yang panjang
angan-angan, bahwa urusan hidup dan mati anda bukan di tangan anda, akan
tetapi ia hanyalah ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan
betapa banyak engkau ketahui dari orang-orang yang hidup dalam kondisi
sehat wal afiat dijemput kematian pada saat dia lalai. Maka pujilah
Allah (bersyukurlah) karena Dia menyampaikan anda kepada momen yang
penuh berkah ini, dan bersunguh-sungguh dan semangatlah untuk mengisinya
dengan amal shalih.
Sedikitnya bantuan.
Sesungguhnya sekalipun adanya kebaikan di
masyarakat dan banyaknya orang-orang yang taat dari para pengikut agama
yang mulia ini, hanya saja berpaling dari ketaatan pada momen-meomen
sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah adalah salah satu tanda yang nampak
pada sebagian besar kaum muslimin. Dan berjama’ah memiliki pengaruh yang
besar dalam melakukan amal ketaatan, oleh sebab itu datang nash-nash
syari’at yang memerintahkan untuk berjama’ah dalam beberapa banyak
amalan ibadah, sesuatu yang bisa memberikan kemudahan (dalam
melakukannya). Oleh sebab itu, termasuk bentuk nasehat di dalam rumah
tangga adalah tolong menolong di dalam ketaatan, dan termasuk nasehat
terhadap sesama kaum muslimin adalah tolong menolong di dalam ketaatan
dan menyebarkan kebaikan di antara mereka. Perhatikanlah keadaan
orang-orang sebelum kita, dan bagaiamana mereka saling tolong-menolong
di dalam ketaatan.
Dari Abu ‘Utsman al-Hindi rahimahullah berkata:”Aku bertamu di rumah Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
selama tujuh hari, maka kebiasaan beliau, istrinya dan pembantunya
bergiliran pada malam hari menjadi 3 giliran, yang ini shalat setelah
itu, membangunkan yang lain, kemudian dia shalat lalu membangunkan yang
lainnya lagi.” (Siyar A’laamin Nubala 2/609)
Dahulu al-Hasan bin Shalih, saudaranya ‘Ali
dan ibunya saling tolong-menolong dalam ibadah pada malam dan siang
hari, baik shalat, maupun puasa. Maka ketika ibunya meninggal keduanya
saling tolong-menolong dalam shalat malam dan puasa, dan ketika ‘Ali
meninggal al-Hasan shalat malam sendiri. Dan beliau dijuluki “ular
lembah”, maksudnya orang yang tidak tidur malam. (Hilyatul Auliyaa’
7/328 dengan sedikit perubahan).
Maka bekerja samalah anda dan anggota
keluarga anda di dalam ketaatan, dan jika semangatmu naik, maka jadilah
penolong dan pembantu anggota lingkungan anda untuk membantu mereka di
dalam ketaatan pada hari-hari yang penuh berkah ini (10 hari awal
Dzulhijjah)
Banyaknya fitnah dan godaan.
Betapa banyak fitnah telah memalingkan kaum
muslimin dari memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang baik pada
hari-hari tersebut, dan mungkin saya akan menyebutkan sebab yang paling
besar dalam memalingkan manusia dari hari-hari tersebut, yaitu sarana
informasi dengan segala salurannya (TV, internet dll). Maka dari itu
wajib bagi setiap orang yang berakal untuk menjadi penasehat bagi
dirinya sendiri, dan waspada terhadap bahaya dan dampak buruk
sarana-sarana tersebut terhadapnya, khusunya pada hari-hari ini.
Tinggalkanlah hal-hal yang tidak bermanfaat pada hari itu, sekalipun hal
itu mubah, supaya kita bisa berkosentrasi dalam beribadah dan melakukan
taqqarub, dan hari-hari itu adalah hari-hari yang sedikit dan
hampir-hampir akan segera berakhir.
Dan sebagai motivasi bagi kita semua untuk
memanfaatkan momen sepuluh hari di awal bulan Dzulhijjah maka –dengan
izin Allah- kami ketengahkan beberapa faidah/keutamaan dari sepuluh hari
pertama bulan Dzulhijjah. Maka –wa billahi at-taufiq- kami katakan:
KEUTAMAAN SEPULUH HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH
عن ابن عباس رضي الله عنهما عن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال : ما من أيام العمل الصالح فيها أحب لى الله من هذه الأيام -يعني الأيام العشر- قالوا يا رسول الله ولا الجهاد في سبيل الله قال ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله ثم لم يرجع من ذلك بشيء .}روى البخاري في صحيحه{"
“Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia
berkata:”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersbda:’ Tidak ada
amalan shalih yang lebih dicintai Allah daripada beramal di hari-hari
ini .’maksud beliau adalah hari-hari yang sepuluh. Sahabat
bertanya:’Wahai Rasulullah, walaupun jihad fi sabililah?’Beliau
menjawab:’Ya, walaupun jihad fi sabililah, kecuali seseorang yang yang
pergi berjihad dengan jiwa dan hartanya, lalu dari jihad itu dia tidak
pulang lagi dengan membawa suatu apapun.”(HR.Al-Bukhari II/457 Fath)
Keutamaan sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah:
1.Allah Ta’ala bersumpah dengannya (sepuluh
hari pertama di bulan Dzulhijjah), dan bersumpah menggunakan sesuatu
menunjukan arti penting dan besarnya manfaat hal tersebut.Allah Ta’ala
berfirman:
(والفجر وليال عشر)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu dan Ibnu Zubair,
Mujahid rahimahullah dan banyak dari kalangan salaf maupun khalaf
berkata: Sesungguhnya itu adalah sepuluh hari dzulhijjah. Ibnu katsir
berkata :ini adalah pendapat yang benar (tafsir Ibnu katsir)
2.Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyaksikan bahwa hari-hari tersebut adalah hari-hari terbaik sebagaimana hadits di atas.
3. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memotivasi untuk beramal shalih di dalamnya, karena kemuliaan waktu tersebut.
4.Beliau shallallahu 'alaihi wasallam
memerintahkan untuk memperbanyak tasbih, tahmid, dan takbir pada
hari-hari tersebut, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh imam
Ahmad.[
]
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "ما من أيام أعظم عند الله ولا أحب إليه العمل فيهن من هذه الأيام العشر فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد". أخرجه أحمد 7/224 وصحّح إسناده أحمد شاكر
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "ما من أيام أعظم عند الله ولا أحب إليه العمل فيهن من هذه الأيام العشر فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد". أخرجه أحمد 7/224 وصحّح إسناده أحمد شاكر
“Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu
anhuma dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau berkata:’Tidak ada
hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan tidak juga amalan shalih di
dalamnya lebih dicintai-Nya melebihi sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah, maka perbanyaklah di dalamnya tahlil (laa ilaha
illallahu),takbir, dan tahmid.” (HR.Ahmad dan sanadnya dishahihkan oleh syaikh Ahmad Syakir)
5.Di dalamnya ada hari Arafah dan itu adalah
hari yang disaksikan, di mana Allah menyempurnakan agama itu pada hari
itu dan puasanya menghapus dosa dua tahun.
6. Di dalamnya ada hari nahr (menyembelih
Qurban) pada tanggal 10 yang itu adalah hari yang paling agung secara
mutlak sepanjang tahun
7.Di dalamnya ada haji akbar yang di dalamnya
terkumpul berbagai macam ketaatan dan ibadah yang tidak terkumpul pada
hari selainnya.
Tugas seorang muslim pada hari-hari tersebut.
Sesungguhnya mendapati hari-hari tersebut
adalah salah nikmat yang besar dari sekian banyak nikmat Allah yang
diberikan kepada hamba-Nya. Dan wajib atas setiap muslim untuk merasakan
nikmat besar ini, dan memanfaatkan kesempatan ini. Hal itu dengan cara
mengkhususkan sepuluh hari ini dengan perhatian yang lebih dan lebih
bersungguh-sungguh dalam melakukan ketaatan. Dan sesungguhnya yang
merupakan kemurahan dari Allah terhadap hambanya adalah banyaknya jalan
kebaikan, dan bermacam-macamnya jalan ketaatan, supaya seorang muslim
tetap semangat dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.
Amalan-amalan di hari-hari ini
Adapun amalan-amalan utama yang hendaknya seorang muslim bersemangat untuk melakukannya pada hari-hari tersebut adalah:
Adapun amalan-amalan utama yang hendaknya seorang muslim bersemangat untuk melakukannya pada hari-hari tersebut adalah:
1.Berpuasa
Disunahkan bagi seorang muslim untuk berpuasa
tanggal 9 pada bulan tersebut. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
memotivasi kita untuk memperbanyak amal shalih pada sepuluh hari
tersebut dan puasa salah satu amalan yang utama, Allah Ta’ala telah
memilihnya untuk diri-Nya sendiri sebagaimana dalam hadits qudsi Allah
berfirman:
“كل عمل بني آدم له إلا الصيام فإنه لي وأنا أجزي به" أخرجه البخاري 1805”.
“Seluruh amalan anak Adam untuk dirinya
sendiri kecuali puasa, maka sesungguhnya puasa itu untuk-Ku Akulah yang
akan membalasnya”(HR.al-Bukahri 1805)
Dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
berpuasa pada hari tersebut, dari Hunaidah bin Khalid dari Istrinya dari
sebagian istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mereka berkata:
كان النبي صلى الله عليه وسلم يصوم تسع ذي الحجة ويوم عاشوراء وثلاثة أيام من كل شهر. أول اثنين من الشهر وخميسين"أخرجه النسائي 4/205 وأبو داود وصححه الألباني في صحيح أبي داود 2/462.
“Dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
berpuasa sembilan dzulhijjah, hari Asy-Syura, dan tiga hari setiap
bulan. Senin pertama setiap bulan dan dua kamis..”(HR.an-Nasaai dan Abu dawud dan dishahihkan oleh al-Albani dalam shahih sunan Abi Dawud)
2.Takbir
Disunnahkan memperbanyak takbir, tahmid,
tahlil dan tasbih. Dan mengeraskan suara dengan hal tersebut di
majid-masjid, rumah-rumah, jalan-jalan, dan tempat-tempat yang
diperbolehkan di situ disebut nama Allah dalam rangka menunjukkan
ibadah, dan mengumumkan pengagungan terhadap Allah Ta’ala. Akan tetapi
yang mengeraskan suara adalah laki-laki, adapunn wanita maka mereka
melirihkan suaranya. Allah berfirman:
ليشهدوا منافع لهم ويذكروا اسم الله في أيام معلومات على ما رزقهم من بهيمة الأنعام) (الحج: 28(
“Supaya mereka mempersaksikan berbagai
manfa'at bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari
yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka
berupa binatang ternak” (QS.Al-Hajj:28)
Dan jumhur ulama mengatakan bahwa hari yang
ditentukan adalah hari yang sepuluh (dzulhijjah) sebagaimana telah
datang keterangan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma {hari-hari yang
ditentukan: hari yang sepuluh}.Adapun bentuk takbir adalah:
الله أكبر، الله أكبر لا إله إلا الله، والله أكبر ولله الحمد
Akan tetapi masih ada bentuk-bentuk takbir yang lain.
Dan takbir pada hari-hari itu pada zaman kita
sekarang menjadi salah satu sunah yang ditinggalkan, lebih-lebih di
sepuluh hari pertama, hampir-hampir kita tidak bisa mendengar takbir itu
kecuali dari sedikit orang. Maka hendaknya mengeraskan suara dengan
takbir ini dalam rangkamenghidupkan sunah dan mengingatkan orang-orang
yang lalai. Dan telah datang riwayat dari Ibnu Umar dan Abu Hurairah
radhiyallahu anhuma bahwa keduanya keluar ke pasar pada sepuluh hari
pertama bulan dzulhijjah dengan bertakbir sehingga manusia bertakbir
dengan sebab takbir beliau berdua. Maksudnya adalah bahwa manusia
teringat takbir sehingga masing-masing mereka mulai bertakbir
sendiri-sendiri, dan bukan dengan takbir bersam-sama (jama’i) dengan
satu suara yang hal itu tidak disyariatkan.
Sesungguhnya menghidupkan sunnah yang hilang
atau hampir hilang terdapat pahala yang besar, sebagaimana sbda Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam
(من أحيا سنة من سنتي قد أميتت بعدي فإن له من الأجر مثل من عمل بها من غير أن ينقص من أجورهم شيئا) أخرجه الترمذي 7/443 وهو حديث حسن لشواه
“Barang siapa yang menghidupkan sunah dari
sunah-sunahku yang telah mati maka baginya pahala seperti pahala orang
yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala mereka”(HR.tirmidzi, hadits hasan karena syawahidnya)
3.Memperbanyak amal shalih secara umum
Karena amal shalih dicintai oleh Allah dan
ini mengharuskan besarnya pahala di sisi Allah. Maka siapa saja yang
tjdak mampu untuk haji maka hendaklah memakmurkan waktu-waktu yang mulia
ini dengan memperbanyak ketaatan kepada Allah Ta’ala seperti shalat,
membaca Al-Quran, dzikir, berdo’a, sedekah, berbakti kepada kedua orang
tua, silaturahmi, amar ma’ruf nahi munkar dan lain-lain dari jalan-jalan
kebaikan dan ketaatan.
5.Berkurban
Salah satu amal shalih sepuluh hari ini
adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan menyembelih binatang kurban,
dan membagikannya kepada orang lain.
6.Taubat nasuha
Yang ditekankan untuk dilakukan pada sepuluh
hari ini adalah bertaubat kepada Allah dan meninggalkan maksiat dan
seluruh dosa. Taubat adalah kembali kepada Allah dan meninggalkan
hal-hal yang dibenci Allah secara lahir dan batin, menyesal terhadap
dosa yang telah lalu dan bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut
serta istiqamah di atas kebenaran dengan melakukan hal-hal yang dicintai
Allah.
Dan wajib bagi seorang muslim jika berlumuran maksiat untuk segera bertaubat seketika itu juga tanpa menunda, karena:
1.Dia tidak tahu kapan dia mati
2.Kemaksiatan menyebabkan/mengundang saudaranya (kemaksiatan-kemaksiatan) yang lain.
Maka hendaklah seorang muslim bersemangat
pada waktu-waktu yang baik karena waktu tersebut cepat sekali berlalu,
dan hendaklah mempersembahkan untuk dirinya sendiri amal shalih yang
akan dia dapatkan pahalanya adalah hal yang paling dibutuhkan olehnya
(di akherat)
[فإن الثواب قليل، والرحيل قريب، والطريق مُخْوِف، والاغترار غالب، والخطر عظيم، والله تعالى بالمرصاد وإليه المرجع والمآب
“Maka sesungguhnya pahala itu sedikit,
kiamat itu dekat, jalannya menakutkan, tipu daya setan kuat dan
bahayanya besar. Dan Allah Maha Mengawasi dan kepada-Nya lah tempat
kembali”
(فمن يعمل مثقال ذرة خيراً يره، ومن يعمل مثقال ذرة شرا يره).الزلزلة:8-7)
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. ِAz-Zalzalah:7-8)
Dan keuntungan yang besar adalah dengan
memanfaatkan kesempatan di sepuluh hari yang agung ini, yang tidak ada
gantinya an tidak bisa dinilai dengan harga. Bersegeralah beramal
sebelum datangnya ajal/kematian, sebelum menyesal orang-orang yang lalai
terhadap apa yang dia lakukan sebelum dia meminta untuk di kembalikan
(ke dunia saat dia telah mati) tetapi tidak dikabulkan, sebelum kematian
menghalangi dia dengan cita-cita dan tujuannya nya dan sebelum kita
tertahan dilubang kuburan oleh amalan-amalan yang kita lakukan di dunia.
(Sumber :Fadhlu al-‘Asyr min Dzulhijjah, syaikh Shalih al-Munajjid dan “Hattaa laa Nakhsar fi al-‘Asyr min Dzulhijjah”, syaikh ‘Adil bin ‘Abdil‘Aziz al-Mihlawi. Diterjemahkan dengan sedikit perubahan oleh Abu Yusuf Sujono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar