Beliau adalah Muhammad bin Ali bin Muhammad
bin Abdullah Asy-Syaukani kemudian Ash-Shan’ani. Dilahirkan pada hari
Senin tanggal 28 Dzulqaidah 1173 H.
Beliau besar di Shan’a (ibukota Yaman-pent),
ayahnya seorang qadhi (hakim). Menghafal Al-Qur’an (sejak kecil) dan
sejumlah ringkasan matan dari berbagai disiplin ilmu. Belajar dari para
ulama yang ada di Shan’a sehingga bisa mengungguli semua rekannya. Tidak
pernah melakukan perjalanan jauh (untuk belajar) karena tidak
mendapatkan izin dari orang tuanya. Beliau memadukan antara belajar dan
mengajar ketika belajar pada sejumlah syekhnya. Setelah itu beliau fokus
untuk mengajar setelah menggali dan mengkaji semua yang ada pada
guru-gurunya. Dalam sehari beliau mengajar lebih dari sepuluh kajian
dengan berbagai disiplin ilmu. Beliau menjadi seorang mufti
(pemberi fatwa) pada usia dua puluh tahun. Banyak permintaan fatwa yang
datang kepadanya berasal dari luar Shan’a padahal guru-gurunya saat itu
masih hidup. Karena kecerdasannya beliau pernah mempelajari ilmu
matematika, fisika, psikologi dan etika debat tanpa guru, tetapi dengan
cara mengkaji dan membaca (otodidak).
Beliau meninggalkan taklid dan membuangnya
kemudian mengajak kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah. Ciri-ciri yang
demikian itu terlihat pada karya-karyanya. Beliau memerangi bid’ah dan
segala bentuk kesyirikan, mengajak untuk meninggalkan ilmu filsafat dan
ilmu kalam, untuk kembali kepada aqidah salaf yang shahih.
Beliau bercerita tentang pengalamannya: “Untuk anda ketahui –semoga Allah Subhanahu waTa’ala memberi petunjuk kepada saya dan anda- saya tidak mengatakan hal ini karena bertaklid kepada orang yang mendorongku untuk meninggalkan masalah-masalah mendetail dari ilmu ini (ilmu kalam)
sebagaimana yang terjadi pada sekelompok ulama, namun saya mengatakan
hal ini setelah hilang sia-sia sisa usia karena disibukkan dengannya,
menyembunyikan pertanyaan bagi orang yang mengetahuinya, mengambil dari
orang-orang yang terkenal dengannya, berkonsentrasi membaca ringkasan
dan penjelasan panjang darinya, sehingga ketika sampai pada hakikatnya
saya mengatakan dengan sebuah syair:
Puncak yang saya dapatkan dari kajian
dari penelitian setelah panjangnya renungan
adalah berhenti antara dua jalan kebingungan
Tidak ada yang diketahui selain kebimbangan
Padahal saya telah mengarungi samuderanya
Namun saya tidak mendapatkan sesuatu selain pencarian
dari penelitian setelah panjangnya renungan
adalah berhenti antara dua jalan kebingungan
Tidak ada yang diketahui selain kebimbangan
Padahal saya telah mengarungi samuderanya
Namun saya tidak mendapatkan sesuatu selain pencarian
Di dalam kitab Iltahaf fi Mazahib As-Salaf
beliau berkata: “Di sini saya akan memberitahukan anda tentang diri
saya dan menjelaskan apa yang terjadi pada saya kemarin hari. Ketika
saya masih belajar dan sedang masa muda-mudanya saya disibukkan dengan
ilmu ini yang terkadang disebut ilmu kalam, tauhid atau ilmu ushuluddin.
Saya kaji dengan serius karya berbagai kelompok yang berbeda di antara
mereka, saya berharap bisa kembali membawa manfaat dan pulang dengan
membawa keberhasilan. Namun saya tidak menemukan dari hal itu kecuali
kebimbangan dan kebingungan. Itulah yang menyebabkan saya mencintai
mazhab salaf, walaupun sebelumnya juga saya telah menganutnya. Saya
ingin lebih mengetahuinya (ilmu kalam), dan lebih menyukainya. Saya
mengatakan tentang mazhab itu (ilmu kalam)….. Beliau kemudian
menyebutkan bait di atas.
Banyak orang yang telah berhasil belajar di bawah bimbingannya, mereka disebutkan di dalam kitab al-I’lam bil Masyayikhil A’lam wat Talamizatil Kiram.
Metode dan mazhabnya diterima luas di Yaman, kemudian tersiar di India
lewat seorang murid beliau yang bernama Abdul Haq al-Hindi. Kemudian
bendera kebanggaan dengan madzhab beliau dikibarkan dan kitab-kitab
beliau bernama Syaikh Shidiq Hasan Khan disebarkan oleh Raja Bahubal.
Banyak sekali karya-karya tulis yang telah
beliau hasilkan, mayoritas dari kitab tersebut telah tersebar di masa
hidup beliau sehingga menjadi tumpuan. Di antaranya terdapat 240 buku
masih berbentuk manuskrif belum melihat cahaya (belum diterbitkan dalam
bentuk kitab). Kitab yang sudah tercetak men-pcapai empat puluh lebih,
di antaranya:
1. Fathul Qadir al-Jami’ baina Fann ar-Riwayat wad Dirayat fit Tafsir (5 jilid).
2. Nailul Authar Syarah Muntaqal Akhbar (4 jilid).
3. As-Sailul Jarar al-Mutadaffiq ala Hada’iqil Azhar (4 jilid).
4. Irsyadul Fuhul ila Tahqiqil Haq min Ilmil Ushul (1 jilid).
5. Al-Badru ath-Thali’ bi Mahasin man ba’da al-Qarni as-Sabi’ (2 jilid).
6. Ad-Dararil Mudhiyyah Syarah ad-Duraril Bahiyah (2 jilid).
7. Ad-Durarul Bahiyyah fil Masa’ilil Fi’iqhiyah (kitab yang sedang diterjemahkan).
8. Al-Fawa’idil Majmu’ah fil Ahaditsil Maudhu’ah (1 jilid).
9. Tuhfatu az-Zakirin bi ‘Iddatil Hishnil Hashin (1 jilid).
10. At-Tuhaf fil Irsyad ila Mazhab as-Salaf.
11. Al-Qaulul Mufid fi Adillatil Ijtihad wat Taqlid.
Pada tahun 1209 H hakim besar Yaman Yahya bin
Shalih asy-Syajri as-Sahuli meninggal dunia dan digantikan oleh Imam
asy-Syaukani sebagai hakim, sampai beliau wafat pada tahun 1251 H.
Semoga Allah Subhanahu waTa’ala memberikan rahmat yang luas kepada beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar