Tayammum
|
"Manakala seorang muslim atau mukmin itu
berwudhu, lalu ia membasuh mukanya, maka keluarlah dari mukanya itu semua
dosa yang dilihat oleh matanya bersama air atau bersama titisan yang terakhir
dari air. Manakala ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah (terusir)
semua dosa yang tersentuh oleh kedua tangannya bersama air atau bersama-sama
dengan titisan terakhir dari air. Manakala ia membasuh kedua kakinya, maka
sirnalah semua dosa yang pernah dijalani oleh kakinya bersama air atau
bersama titisan air yang terakhir, sehingga keluar (selesailah) dalam keadaan
bersih dari dosa-dosa." (Hr Imam Muslim dari Abu Hurairah).
Air Wudhu
Wudhu merupakan salah satu ibadah yang khas
yang dapat dipakai untuk solat, thawaf, hendak tidur, jalan keluar rumah,
serta memelihara jiwa dan raga dari berbagai cacat.
Wudhu dengan air bersih dan murni bererti
meniti kosmetik tradisional dan anti biotik alamiah, kerana itu, Islam tidak
membenarkan berwudhu dengan air musta'mal (air bekas dipakai), air
buah-buahan, akar-akaran atau air yang sudah berubah sifat-sifatnya (warna,
rasa dan baunya). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahawa wudhu ialah
membasuh muka, membasuh kedua tangan hingga dua siku, menyapu kepala, dan
membasuh kaki hingga dua mata kaki yang diawali dengan niat dalam hati.
Almarhum Buya Hamka, melalui bukunya "Lembaga
Hidup" menulis tentang wudhu sbb:
"Lima kali sekurang-kurangnya sehari
semalam disuruh berwudhu dan solat. Dan meskipun wudhu belum lepas, sunnat
pula memperbaharuinya. Oleh ahli tasawuf diterangkan pula hikmah wudhu itu.
Mencuci muka, ertinya mencuci mata, hidung, mulut dan lidah, kalau-kalau
tadinya berbuat dosa ketika melihat, berkata dan makan. Mencuci tangan dengan
air, dalam hati dirasa seakan-akan membasuh tangan yang terlanjur berbuat
salah. Membasuh kaki, dan lain-lain demikian pula. Mereka perbuat
hikmat-hikmat itu, meskipun di dalam hadis dan dalil tidak bertemu, adalah
supaya manusia jangan membersihkan lahirnya saja, padahal bathinnya masih
tetap kotor. Hatinya masih khizit, loba, tamak, rakus, sehingga wudhunya lima
kali sehari itu tidak berbekas diterima Allah, dan sembahyangnya tidak
menjauhkan dari pada fahsya (keji) dan mungkar (dibenci)".
Penulis "Lembaga Hidup" sengaja
merangkaikan keutamaan wudhu dengan masalah kesehatan badan dan
kebersihannya, lalu dihubungkan dengan sabda Nabi Muhammad s.a.w Tulisnya:
"Bukan kita hidup mencari puji, bukan
pula supaya kita paling atas di dalam segala hal. Meskipun itu tidak kita
cari, kalau kita menjaga kebersihan, kita akan dihormati orang juga".
Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w: "Perbaguslah pakaianmu,
perbaiki tunggangan (kenderaan) mu, sehingga kamu laksana sebutir tahi lalat
di tengah-tengah pipi, di dalam pergaulan dengan orang banyak".
Allah s.w.t.
menurunkan wahyu, memberi hidayah penuntun rohani dan jasmani agar keduanya
tetap berfungsi dan terpelihara.
Rasulullah s.a.w bersabda:
"Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah
pergi ke kuburan, lalu memberi salam : "Assalamu'alaikum Dara Qaumin
(perkampungan orang mukmin) dan Insya Allah kami akan menyusul kemudian, saya
ingin benar melihat-lihat saudaraku." Berkata sahabat: "Bukankah
kami ini adalah saudaramu ya Rasulullah? "Ya, kamu adalah
sahabatku, dan saudara-saudaraku yang belum datang kini." Sahabat
kembali bertanya: "Bagaimanakah engkau dapat mengenal mereka yang belum
datang kini dari ummatmu ya Rasulullah?" Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Bagaimana pendapatmu jika seorang mempunyai kuda belang
putih muka dan kakinya, ditengah-tengah kuda yang semuanya hitam, tidakkah
mudah mengenal kudanya?" Para sahabat menjawab : "Benar Ya Rasulullah."
"Maka itu ummatku nanti kelak pada hari kiamat bercahaya muka dan
kakinya sebagai bekas wudhu, dan saya akan membimbing mereka itu ke Haudh
(Telaga Syafa'at)"
Cahaya, Kebersihan dan
Kehidupan
Dalam air wudhu yang sakral terdapat cahaya,
kebersihan dan kehidupan. Air bekas (mus'tamal) atau tersadur najis, akan
menjadi sumber penyakit, buruk bagi fisik, kimia, maupun biologis. Islam pun
melarang berwudhu dengan air yang demikian. Air sebagai keperluan vital
kehidupan. Al-Qur'an memberi penjelasan bahawa kehidupan dimulai dari air,
seperti disebutkan dalam firmannya:
"Dan kami telah menciptakan segala
sesuatu yang hidup itu dari air, apakah mereka belum mau juga beriman?"
(Al-Anbiya:30).
Hal-hal Yang Tidak
Membatalkan Wudhu
Banyak sekali perbuatan yang dikira orang
membatalkan wudhu, padahal tidak. Misalnya, seorang pekerja yang berpalitan
dengan oli dan minyak, mengira air wudhunya sudah rosak dan wudhunya batal,
padahal tidak; sementara yang dianggap remeh ternyata justru membatalkan
wudhunya. Beberapa hal yang tidak membatalkan wudhu antara lain:
1. Bersentuhan antara pria dan wanita, sudah
dewasa, tanpa lapis, selama tidak mengandung niat yang nafsu dan tak senonoh.
Dalam suatu hadis disebutkan:
"Aisyah r.a. berkata: Suatu malam aku
kehilangan Rasulullah s.a.w. dari tempat tidurku, maka terabalah oleh
telapak tanganku pada kedua telapak kakinya yang keduanya dalam keadaan
berdiri; dan Rasulullah s.a.w. sedang sujud sambil membaca: Allaahumma
innii a'udzu biridhaaka, min sakhatika, wa a'uudzu bimu' aafaatika min
uquubatika, wa a'uudzu bika minka laa uhshiitsanaa'an 'alaika anta kamaa
atsnayta 'alaa nafsika." (HR Muslim dan At Turmuzy).
Yang erti doanya: "Ya Allah, aku
berlindung dengan ridhaMu dari murkaMu, berlindung dibawah naunganMu;
ringkasnya aku berlindung kepadaMu daripadaMu. Tiada terhitung puja-pujiku
untukMu. Engkau sebagaimana pujianMu atas diriMu sendiri."
"Aku tidur dihadapan Rasulullah s.a.w.,
sedang kakiku berada di arah kiblat. Maka apabila Ia sujud, dirabanya aku dan
dipegangnya kakiku". Sementara dalam lafazh yang lain disebutkan
:"Maka jika ia akan sujud, kakiku, dirabanya". (HR Bukhary dan
Muslim, sumber Aisyah)
2. Keluar darah dari tempat yang lazim,
seperti luka, bukan dari qubul atau dubur.
3. Kerana muntah
4. Kerana makan minum. Seperti disebutkan
dalam hadits nabi:
"Manimunah r.a. berkata: "Rasulullah
s.a.w. telah makan di rumahnya dengan panggangan kambing, kemudian Rasulullah
s.a.w. langsung solat tanpa memperbaharui wudhu." (HR Bukhary dan
Muslim).
5. Terkena segala jenis najis atau kotoran
lainnya. Najis tidak menghilangkan wudhu', hanya dia cukup dibersihkan saja.
6. Tersentuh kemaluan tanpa maksud yang lain.
Seperti disebutkan dalam hadis:
"Bahawa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah
s.a.w. tentang orang yang menyentuh kemaluannya, apakah ia wajib
berwudhu? Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak, dia adalah
sebagian dari tubuhmu sendiri". (HR Lima Ahli Hadits)
Perosak Tayammum
Tayammum merupakan pengganti wudhu atau mandi.
Kerana itu, ia boleh rosak atau batal apabila :
1. Langsung melihat air dan dapat
menggunakannya (khusus bagi mereka yang bertayammum kerana tidak ada air).
2. Segala sesuatu yang membatalkan wudhu'.
Hal-hal lain yang perlu diketahui ialah:
1. Satu kali tayammum dapat digunakan untuk
beberapa solat atau thawaf, baik yang wajib maupun yang sunat.
2. Apabila mendapatkan air, padahal solat
sudah dikerjakan dengan tayammum, maka solatnya tidak perlu diulangi lagi.
|
Senin, 15 November 2010
TAYAMUM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar